Aa Abdel, dan Dakwah

Setiap pagi acil niah di rumah menyalakan TV dan memilih saluran Indosiar yang menyiarkan acara Mamah dan Aa (rasanya acara ini sudah ganti nama menjadi Mamah dan Aa beraksi). Aku yang tinggal di rumah sini, jadi ikut mendengarkan. Rumah dipenuhi dengan suara Mamah Dedeh yang tinggi dan candaan-candaan Aa Abdel ke ibu-ibu.

Melihat Aa, aku jadi sering ingat dengan sebuah acara Talkshow di TVOne sekitar beberapa tahun yang lalu. Saat itu Mamah Dedeh dan Aa Abdel di wawancarai sehubungan dengan nama mereka yang semakin melejit. Rasanya saat itu seakan semua orang sudah tahu tagline yang digunakan oleh acara dakwah itu, yaitu

‘Curhat dong mah? iya dooong!’

yang ditanyakan oleh Host kepada Abdel saat itu rasanya adalah tentang keputusan Abdel untuk lebih memilih jalur Dakwah daripada Entertainment yang haha hihi. Sebelumnya Abdel memang membintangi sebuah acara di stasiun TV yang berbeda bersama Temon, sebuah komedi slapstick tentang dua laki-laki yang tinggal serumah dan bertetangga dengan janda. Jokes yang digunakan juga kadang menyerempet-nyerempet hal-hal yang yaaa gitu deh.

Tapi Abdel lebih memilih untuk terus di jalur dakwah.

Aku salut dengan keputusan Abdel (yang mungkin juga hasil didikan Mamah Dedeh). Saat itu Abdel diminta oleh mamah untuk pilih salah satu saja, terus di jalur dakwah atau di jalur lain. Sebab kata mamah: Kita ini berada di bidang dakwah Del. Tapi semua kembali ke keputusan kamu,’. dan Akhirnya Abdel pun berhenti berada dalam acara Abdel dan Temon hingga sekarang, Abdel masih di bidang dakwah bersama dengan mamah.

keputusan yang diambil Abdel, membuat aku salut. Salut karena ia berani untuk mengambil resiko demi keyakinannya. Ia berani melepas rejekinya di tempat lain dan terus berada di jalur dakwah, walaupun ia sempat gamang. Orang yang berani melepas ketenaran untuk keyakinan (agamanya) menurutku adalah orang yang luar biasa. berani melepas hal yang diinginkan banyak orang (atau mungkin dirinya sendiri).

Aku juga ingin bisa seperti itu, suatu saat jika aku dihadapkan pada dua pilihan sulit antara nafsu dan kebenaran, maka aku ingin sekali bisa memilih kebenaran. Sekilas disebut memang mudah, tapi makin hari kurasa antara nafsu dan kebenaran semakin sulit untuk dibedakan.

Semoga suatu saat nanti aku bisa memiih yang benar.